Liburan Musim Panas 4 [FF Naruto-dkk NaruHina]
CHAPTER 4
Aku melaju di jalan
raya dekat pantai, jendela terlihat begitu menyilaukan. Aku semakin ketinggalan, sedikit putus asa
aku mengayuh sepeda. Aku menunggu di stasiun hingga pintu kedua dari gerbong
ketiga terbuka. Aku melihat sesuatu, sesuatu yang harusnya tak pernah kulihat,
sesuatu yang membuatku tahu, bagaikan sandi morse, hal yang tak mungkin itu
sungguh terjadi, itu bukti, tak mungkin mata berbohong. Kepanikan ini tak
dapatku sembunyikan, aku harus memberitahu seseorang atau harus memastikan
kebenarannya. Sekarang, aku hanya berusaha untuk tetap seperti air.
“Hinata-chan, apa
kau sudah selesai mandi?”
“Iya, Ten-Ten.
Memangnya kenapa?”
“Suruh mereka
berkumpul di ruang tamu, Ino ingin menyampaikan sesuatu”
“Kenapa Ino tidak
melakukannya sendiri?”
“Sudahlah, lakukan
saja perintahnya”
“Haikh”
SKG room
Hinata mengetuk
pintu, tampaknya responnya begitu cepat, Shino mebukakan pintu dan seketika
yang Hinata lihat adalah Kiba.
“Hinata-chan,
kenapa kau mengetuk pintu? Apa terjadi sesuatu?”
“Tidak terjadi
apa-apa, hanya saja Ino menyuruh semuanya untuk berkumpul di ruang tamu”
“Wanita itu memang
hoby-nya menyuruh-nyuruh, apa kau tak apa jika haru memanggil kami semua?”
“Tak apa-apa, itu
bukanlah hal yang menyulitkan”
“Jika kau mau, aku
akan menggantikanmu”
“Tak usah Kiba,
Ino mengharuskanku melakukannya dan aku juga tak ingin menyulitkanmu. Aku pergi
dulu yah”
“Yosh! Sayonara!”
IST room
Hinata kembali
mengetuk pintu (rasanya, aku seperti penjual keliling yang menawarkan produk
dari pintu ke pintu), kali ini responnya agak lamban, mungkin karena ini kamar
wanita.
“Yah tunggu
sebentar!”
“Heyyy,
Hinata-chan, kenapa kau mengetuk pintu?”
“Kau menyuruhku
agar menyuruh semuanya berkumpul di ruang tamu”
“Ohhh, baiklah.
Akan kuberitahu pada Shion dan Temari”
“Yah sudah,
baiklah”
“Yah sudah”
“iya”
“iya”
“hm”
“hm”
“Sudahlah Ino, aku
pergi dulu!”
“Daaahhh”
SSN room
Lagi-lagi Hinata
kembali mengetuk pintu, kali ini bahkan tak ada respon sama sekali. Ia kembali
mengetuk beberapa kali, respon tetap tidak ada. Dengan beraninya, hinata
memasuki kamar cintanya itu.
“Hinata-chan…”
“Naruto-kun… Shitsurei
shimasu”
Hinata pergi
begitu saja,
“Apa yang terjadi
padaku? Apa yang aku lihat? Hinata-chan, bersikap normallah. Kau hanya melihat
perut seorang pria dan akhirnya kau sadar bahwa pria itu hanya tak memakai
baju, dia memakai celana bukan? Sudahlah hinata, itu bukan hal yang tidak
wajar. Itu hal yang umum terjadi” Hinata berbicara pada dirinya sendiri
Hinata pergi
menuju kamarnya untuk memanggil Sakura dan Temari agar pergi ke ruang tamu.
Sayangnya tak ada orang didalam, hinata-chan pun kembali keluar dan bertemu
dengan seseorang.
“Hai Hinata-chan!”
“Sasuke-kun,,,, Oh
ya. Tolong beritahu teman sekamarmu untuk datang di ruang tamu”
“Siapa?”
“Kalian bertiga”
“Yah, Baiklah
Hinata-chan”
Sasuke meninggalkan
Hinata, tiba-tiba saja Sakura datang dengan panic
“Kau kenapa
Sakura?”
“ehhmm,, tidak
terjadi apa-apa, hanya saja aku sedang mencari Temari. Apa kau melihatnya?”
“Aku tadi
melihatnya ke sana” Hinata menunjuk arah Utara
“Haikh, Arigatou”
Sakura pergi kehalaman
belakang dan bertemu Naruto
“Hai Sakura”
“Hai Naruto-kun,
apa kau melihat Shikamaru?”
“Untuk apa kau
mencarinya?”
“Jangan menjawab
pertanyaan dengan pertanyaan, Apa kau melihatnya?”
“Aku meliatnya
berjalan menuju kesana” Naruto menunjuk arah utara
“Sudah kuduga”
“Apa yang kau
duga?”
“Aku tak menduga
apapun”
“Ahhh, jangan
berbohong”
“Sudahlah, aku
pergi dulu”
Living room
“Apa semuanya
sudah berkumpul?”
“Hanya Shikamaru
yang belum datang”
“Kemana dia
hujan-hujanan seperti ini?”
“Kami tak tahu”
“Apa kau
benar-benar tak tahu Sakura?”
“Aku memang tak
tahu dan kami tak tahu dimana dia”
“Yosh! Baiklah
kalau begitu, kita mulai saja tanpa dia”
“Jadi seperti ini,
kita liburan selama satu bulan. Selama liburan ini, aku harapkan kita akan
semakin kompak. Oleh karena itu, sisa liburan kita hanya 15 hari”
“Itu setengah
minggu, sangat lama”
“Naruto! Jangan
memotong pembicaraanku”
“Gomen nasen”
“Yah sudahlah,
kita lanjutkan. Jadi, setelah kita pergi ke pantai kemarin. Selanjutnya kalian
ingin kemana?”
“Bagaimana kalau
kita pergi ke kuil?”
“Naruto-kun, sejak
kemarin kau ingin pergi ke kuil. Apa alasannya?”
“Aku pernah dengar
bahwa kuil di Kyoto itu indah, jadi aku ingin pergi kesana”
“Ada yang ingin
memberikan saran?”
“Aku”
“Silahkan Sasuke”
“Menurutku
sebaiknya, kita pergi diakhir liburan saja, anggap saja kita pergi untuk
berdo’a bersama”
“Menurutku itu
pendapat bagus, ada yang tak setuju?”
“Tidak ada?”
“Baiklah, kita
akan pergi diakhir liburan saja”
“Selanjutnya, kita
harus kemana?”
“Aku Aku”
“Yah, Silahkan
Naruto”
“Bagaimana kalau
kita pergi ke pemandian air panas?”
“Saran?”
“Aku”
“Yah! Silahkan
Temari”
“Pendapatku,
sekarang musim panas. Jadi sepertinya pergi ke Pemandia air panas akan sangat
panas”
“Yah baiklah,
selanjutnya?”
“Aku”
“Naruto lagi?”
“Yah, Aku”
“Baiklah, silahkan
Naruto”
“Bagaimana kalau
kita pergi jalan-jalan sambil olahraga”
“Maksudmu?”
“Jadi begini, apa
kalian masih ingat masa SD saat kita berjalan dari sekolah hingga ke suatu
tempat dan disana kita akan berpiknik. Apa kalian mengalaminya?”
“Yah, aku ingat
itu. Waktu kecil, aku sering bertemu ibu yang menggendong anaknya kemudian
menyapa kami” Gaara menceritakan pengalamannya
“Waktu kecil aku
akan membawa banyak snack, malamnya aku pergi dengan ayah untuk membelinya”
Shion juga ikut bersemangat
“Ok semuanya!
Sudah kuputuskan, bahwa besok kita akan pergi jalan-jalan!”
“Besok?”
“Yah tentu saja
Shion, emangnya kenapa?”
“Bukankah itu
terlalu dadakan?”
“Ahhh, kita kan
kelas percepatan, seperti biasa, kita kan belajar hanya semalam sebelum ulangan
jadi kita hanya butuh semalam untuk persiapan. Kalian siap kan?”
“Haikh”
HST room
“Hinata-chan, apa
kau punya waktu?”
“Yah, aku punya.
Memangnya kenapa?”
“Apa kau bisa ikut
aku? Ada sesuatu yang ingin aku ceritakan padamu”
“Baiklah, apa kita
tak mengajak Ino dan Ten-Ten?”
“Aku akan
ceritakan padamu dulu, baik buruknya baru kita akan ceritakan pada mereka
berdua”
“Yah baiklah”
WC
“Kenapa kita ke
WC?”
“Agar tidak
ketahuan”
“Silahkan cerita
Sakura-chan”
Sakura
menceritakan seluruh kejadiannya
“Baiklah
Sakura-chan, sebaiknya kita ceritakan pada Ino dan Ten-Ten”
“Apa taka pa-apa?”
“Sebaiknya kita
ceritakan pada mereka”
“Baiklah”
Hinata pergi
memanggil Ino dan Ten-Ten dan kembali berkumpul di WC
“Apakah kita harus
berkumpul di WC?”
“Tenanglah Ino,
ini tempat terbaik sebagai tempat persembunyian”
“Yah terserah,
untuk apa kita kesini?”
“Baiklah Sakura,
silahkan ceritakan”
“Haikh
Hinata-chan”
Sakura bercerita
untuk kedua kalinya di tempat yang sama dengan eksperi yang sama *rasanya
seperti de ja vu
“Yosh! Baiklah,
kita akan menyelidiki kasus ini”
“Hey Ino, ini
bukan kasus tahu!”
“Ahhh, Ten-Ten.
Ini disebut kasus karena ini misteri. Jadi kita akan jadi detektif?”
“Tentu saja tidak
Ino, kita hanya harus membuktikan kebenarannya”
“Kita mencari
kebenaran, tandanya kita menyelidiki, dan tandanya kita detektif”
“Yah,, terserah
padamu saja”
“Oh ya, aku
tetapkan tempat ini sebagai markas kita”
“Ino-chan,
berpikir realistis lah, apa kita tak punya tempat lain?”
“Hinata-chan, kau
sendiri yang bilang bahwa ini tempat persembunyian terbaik, jadi keputusanku
tak boleh diganggu gugat. Dan kalian tidak boleh membiarkan hal ini bocor,
terutama ke telinga para lelaki itu. Mengerti?”
“Haikh”
“Baiklah, kita
bubar sekarang”
“Haikh”
Kali ini ceritanya sengaja tidak diceritakan hingga tuntas, tujuannya bukan untuk membuat kalian penasaran. Namun, aku hanya ingin menyimpan sisa ceritanya untuk chapter selanjutnya. Kemudian, kalian boleh mengambil ide dari FF ku ini, tapi tolong jangan mencuri serta mengambil ceritakau. Arigatou!!! (tatanan bahasanya meniru hasil translate bahasa Jepang pada umumnya)